Minggu, 30 Maret 2008

KEBAHAGIAAN DUNIA

(QS.Al baqarah : 201)

(Ust. Noviandi)

(HP :0711 7339699)

Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”

Ta’rif :

Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran yaitu sampai sejauh mana kita memandang dunia dalam melaksanakan pengabdian kepada allah dan bagaimanakan yang dikatakan mendapat kebahagian didunia itu, maka antara lain ada 7 macam :

1. Hati yang bersyukur yaitu hati yang mampu menerima apa adanya terhadap ketetapan allah (qona’ah) sebagaimana yang dicontohkan lukmanul hakim kepada anaknya (qs.lukman,31 :12 ) Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".Dan penjelasan hadits riwayat abu daud, ibnu majah dan an nasai yaitu “Barang siapa yang tidak mampu bersyukur terhadap yang sedikit maka diberi banyak pun ia tidak bersyukur dan barang siapa yang tidak bisa bersyukur terhadap manusia maka tidak akan mampu bersyukur terhadap allah”

2. Pasangan yang sholehah yaitu pasangan yang akan menjadi sahabat dalam mengangkat kepentingan islam dan bukan yang akan menjadi musuh (qs.At tahrim 66 :10 -12 ),karena itulah memahami tentang tali pernikahan itu adalah utama yaitu sebagai ibadah kepada allah (qs. An nisa 4 :3 ).

an jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[, Maka (kawinilah) seorang saja[, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Ssbagai mana istri rasul Nuh dan Luth yaitu fa’alah dan wa’alah adalah contoh dari istri-istri kafir yang nyata-nyata memusuhi allah dan rasul maka hal ini adalah gambaran bagi kita bahwa istri itu bisa menjadi sahabat atau musuh dalam islam dan allah beri gambaran pula istri fira’un yaitu asiyah tetap teguh dengan prinsif hidupnya yaitu taat terhadap ajaran musa walaupun segala gemerlap dunia sudah ia dapatkan dari fir’aun sehingga ia harus mati dibunuh suaminya dengan ditimpa batu sampai mati.dan seorang gadis suci yang mampu menjaga kehormatanya yaitu maryam binti imron siap menjalani ujian berupa mengandung anak dengan tampa bapak atas perintah allah.Maka dengan dua gambaran tersebut yang manakah pasangan kita ?

3.Anak yang baik-baik yaitu anak yang berguna bagi islam dan mampu bersyukur kepada kedua orang tuanya dimana anak ini telah terbina dengan 5 hal (qs. An nisa : 9 ) antara lain : Aqidah yang kuat, akhlakul adzim, memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan bermasyarakat (ilmu manajemen) serta memiliki keterampilan sebagai bekal hidupnya.yang kesemua ini sebagai syarat mencetak generasi yang sholeh yaitu memiliki keimanan dan keterampilan terhadap ilmu (qs.Al anbiya 21 :105 )

‘Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”

Kesemua hal diatas hanya dapat tercapai dengan kurikulum islam yang berdasarkan al-quran dan sunah rasul.

4. Lingkungan yang baik- baik yaitu lingkungan yang dapat menumbuhkan dan menghidupkan keimanan dan ketaatan kita kepada allah yaitu kelompok al jamaah (qs.Al kahfi 18 : 28 ) yang kesemuanaya sudah terbina untuk memilki karekteristik yang sama melalui proses tadabbur atau mengkaji al-quran (qs. Ali imron 3 :104 ) yang siap nantinya menuju ulu baqiyah yaitu kelompok sisa (qs. Hud 11 :116 ). Untuk mengangkat kalimatullah.

5. Harta yang halal yaitu harta yang cara mendapatkanya dan menggunakannya sesuai dengan aturan allah dimana dengan memahami masalah rizki sudah ditetapkan allah tinggal bagaimana cara ikhtiar kita untuk mendapatkannya ( qs.Hud 11 :6 ) dan menepati halal lagi baik dengan tidak mencampur adkan antara haq dan bathil (qs. Al baqarah : 168-189 ) serta memahamai bahwa masalah dunia ini adalah sebagai sarana dalam mengabdi kepada allah dan jangan sampai kita terjebak dan terlena terhadap dunia (qs.Al a’raf 7 :32 ) sehingga apa pun yang kita miliki siap untuk dikorbankan untuk islam berupa harta dan diri diri kita (siap berfikir keras untuk islam dengan segala kemampusn kita).

6. Kesemangatan untuk memahami ad dinul islam, dengan bentuk aktif mengkaji al-quran dan sunah rasul ( qs. At-Taubah 9 : 122 ) yang berfungsi untuk menghidupkan hatinya ( qs.Al ankabut :49). Dan mampu menjawab berbagai problema kehidupan. Sebagai bukti kepeduliaan terhadap penderitian umat (qs.At Taubah : 128 )

7. Umur yang barokah yaitu semakin tua kesemangatannya terhadap kepentingan islam semakin sempurna. (qs.At taubah 9 : 44) yaitu tidak mudah minta izin untuk tidak berjuang, karena itu memahami arti waktu adalah sangat penting (qs.al ‘ashar 108 : 1-3 ).

******

Jumat, 28 Maret 2008

MENIMBANG LOGIKA AWAM

Menimbang Logika Awam

Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui." (Al-Munafiqun: 8).
Tak biasa, orang munafik turut serta dalam perang Bani Musthaliq. Kebetulan dua sahabat terlibat pertikaian saat itu. Adalah Jahjah bin Sa'id al-Ghifari bertengkar dengan Sinan bin Wabr al-Jahni di dekat telaga al-Muraisi. Dalam pertengkaran yang mengarah saling membunuh itu, Sinan berteriak: "Wahai kaum Anshar," Jahjah juga berteriak: "Wahai kaum Muhajirin!"
Mendengar kejadian itu, tokoh munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul berang dan berkata di depan kaum munafik: "Mereka (muhajirin) telah menyaingi dan mengungguli jumlah kita di negeri sendiri. Demi Allah, antara kita dengan orang- orang Quraisy ini tak ubahnya seperti ungkapan orang: "Gemukkan anjingmu, niscaya menerkammu, demi Allah, jika kita telah sampai Madinah, orang-orang yang mulia pasti akan mengusir kaum yang hina (muhajirin)."
Zaid bin Arqom yang mendengarkan ucapan itu melapor kepada Rasulullah saw, dan Allah membenarkannya melalui ayat di atas.
"Demi Allah, jika kita telah sampai Madinah, orang-orang yang mulia pasti akan mengusir kaum yang hina (muhajirin)," demikian ujaran Abdullah bin Ubay. Perkataan berbisa yang menyakitkan muncul dari musuh dalam selimut yang tidak seperti biasa bersikap hipokrit, melainkan telah mengancam hendak mengusir Rasulullah beserta sahabatnya dari Madinah.
Umar bin Khattab yang mendengar berita itu berkata, "Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal leher orang munafik ini." Sebuah permintaan izin yang berangkat dari kesimpulan atas layaknya hukuman mati bagi si munafik. Tidak hanya Umar ra yang berkesimpulan demikian, para sahabat, sekembalinya mereka ke Madinah menunggu tindakan keras yang akan dilakukan Rasulullah terhadap kaum munafik. Mereka percaya Rasulullah saw bakal membunuh Abdullah bin Ubay. Desas-desus begitu santer, hingga Abdullah bin Abdullah bin Ubay, anak Abdullah bin Ubay, datang menemui Rasulullah dan berkata, "Saya mendengar engkau ingin membunuh ayahku. Jika benar, maka perintahkanlah aku. Aku bersedia membawa kepalanya kepadamu
."
Namun, baik permohan Umar ra maupun permohonan Abdullah bin Abdullah bin Ubay ra sama-sama ditolak oleh Rasulullah saw. Kepada Umar bin Khattab beliau menjawab, "Wahai Umar, bagaimana nanti jika orang-orang berbicara bahwa Muhammad telah membunuh sahabat-sahabatnya?" Kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay Rasulullah berujar, "
bahkan kita akan bertindak lemah lembut dan berkata baik kepadanya, selama dia masih tinggal bersama kita."
Mengapa Rasulullah tidak mengizinkan pembunuhan Abdullah bin Ubay? sebuah hukuman yang pantas bagi si munafik? hukuman yang Rasulullah saw mampu untuk melakukannya?
"Wahai Umar, bagaimana nanti jika orang-orang berbicara bahwa Muhammad telah membunuh sahabat-sahabatnya?" demikian alasan Rasulullah. Sebuah ungkapan yang berangkat dari kematangan berpikir dan bertindak. Saat itu beliau dihadapkan realitas logika awam yang tidak bisa membenarkan jika kaum munafik dibunuh. Beliau khawatir hal itu justru menjadi iklan buruk atas citra Rasulullah, dan tentu citra Islam juga. Dalam hal ini tampak Rasulullah memperhatikan perspektif umum untuk sebuah parameter, dan bukan perspektif seorang atau kelompok sahabat masa itu.
Dakwah dan jihad memerlukan simpati dan dukungan luas. Jika tidak, bersiap- siaplah memiliki banyak musuh. Simpati atau antipati masyarakat lahir dari perspektif yang dimilikinya. Itulah sebabnya, mengapa Barat repot-repot membuat opini untuk menciptakan common enemy? tak lain, untuk meraih simpati dan dukungan yang seluas-luasnya. Sebagai strategi perjuangan, menggalang opini adalah lumrah belaka, bahkan ia bersifat aksiomatik dan kauniyah. Tidak selayaknya dakwah islamiyah memasuki perlawanan terbuka dengan seluruh front "penentang Islam" dalam satu waktu, melainkan harus ada skala prioritas dan pembatasan wilayah konflik. Termasuk potensi "penentang Islam" di sini adalah perspektif (paham) masyarakat yang keliru, yang jika salah "menanganinya" bisa menjadi penentang yang sebenarnya, atau bisa digalang musuh untuk menentang.
Ali bin Abi Thalib pernah berpesan, "Jangan kalian sembarang berbicara di depan orang bodoh, saya takut mereka mendustakan Allah dan Rasulnya lantaran omongan kalian." Di sinilah letak kematangan pikiran dan tindakan. Kebodohan masyarakat adalah sebuah realitas. Yang alim, dituntut arif, dan bukan sikap egois agar masyarakat harus memahami dirinya.
Penggalan sirah di atas memberikan pelajaran berharga untuk sebuah sikap menimbang logika awam, yang dalam satu pespektif kadang logika dimaksud bisa dinilai absurd karena kebodohannya, namun demikian, dalam konteks tertentu ia justru menjadi parameter sebuah tindakan, dalam hal ini Rasulullah khawatir tindakan membunuh kaum munafik menjadi citra negatif baginya, sebuah tindakan yang dalam logika kebanyakan sahabat lumrah belaka. Wallahu a'lam.
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
[ [Previous Hikmah] ] [ Archive Index ] [ Main Index ] [ [Next Hikmah] ]
[ Halaman Muka ]
[ Informasi Al-Islam ]
[ Hikmah Al-Qur'an ]
[ Dakwah Jumat ]
[ Profil Tokoh Islam ]

Copyright
Al-Islam 1998
Jl.
Pahlawan Revolusi, No 100, Jakarta 13430
Telpon: 62-21-86600703, 86600704, Fax: 62-21-86600712
E-Mail: info@alislam.or.id

Kamis, 13 Maret 2008

KEUTAMAAN TADABBUR AL-QURAN

KEUTAMAAN TADABBUR AL-QURAN

(QS MUHAMMAD:24 )

Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?

(qs: Muhammad:24).

Analisa dalil

Ayat ini memberikan gambaran terhadap pertanyaan bagi manusia yang mengakui bahwa tugas hidupnya adalah mengabdi kepada allah (qs.adzariyat :56),yaitu sampai sejauh mana menjadikan al-quran dan sunah sebagai pemandu yang meliputi dalam pengabdian kepada allah sebagaimana yang dijelaskan al-quran “sesungguhnya didalam al-quran ini sebagai bekal yang meliputi bagi kaum yang mengabdi “(qs. Al anbiya 106) sehingga nantinya tidak dinyatakan allah sebagai manusia yang merugi disebabkan kita mengabaikan al-quran “Dan rasul berkata ya rabbi sesungguhnya kaumku menjadikan al-quran ini sebagai sesuata yang diabaikan (qs. Al furqon :32).

Dengan dasar pokok ayat diatas maka muncullah alasan - alasan mengapa penting/perlunya tadabbur (mengkaji) al- quran dalam melaksanakan pengabdian kepada allah, yaitu, antara lain:

1. Karena quran adalah sumber dari segala sumber untuk menyelesaikan permasalahan manusia dan kemanusiaan (qs. Ali imran :138 ) antara lain : sebagai sumber keterangan (ilmu) yaitu mengandung 4 tingkat ilmu : Eksak (meliputi semesta alam ini ), Abstrak (contoh : masalah malaikat dan tugas-tugasnya ), Relatif abstrak ( masalah ruh dan sholat serta tasbihnya makhluk allah selain manusia ), Absolut abstrak ( masalah hidayah ,jannah dan neraka). Sebagai sumber petunjuk yaitu mampu menjaga nilai manusia dan kemanusiaan, dimana dalam islam masalah kehormatan manusia ini sangat dijaga sebagai mana digambarkan al-quran (qs:Al maidah 5 : 32) “yaitu barang siapa yang menghidupi satu orang manusia maka sama saja ia menghidupi seluruh orang didunia ini dan sebaliknya jika membunuh satu orang didunia ini sama saja ia telah membunuh orang sedunia “. Jadi kalau ada orang-orang yang menyatakan bahwa islam itu teroris, radikal kejam dan lain sebagainya maka sangat tidak sesuai dengan ayat ini, walau mungkin memang ada dari umat islam yang melakukan hal tersebut sebagai satu bukti bahwa ia tidak paham dengan islam yang didasarkan al-quran dalam pelaksanaanya. Dan hal inilah yang menjadi masalah besar bagi umat islam yaitu umat islam tidak menjadikan syaria’t islam sebagai hukum untuk mengatur segala bentuk pengabdiannya kepada allah maka digolongkan allah sebagai manusia yang tidak beriman (qs:An-nisa 4 : 65 ) “Maka demi rabbmu tidak beriman kamu sekalian sehingga menghukumkan diantara meraka dengan hukum allah”. Selanjutnya al-quran sebagai sumber motifasi/pelajaran ( sebagai titik tolak dalam melaksanakan perintah allah) sebagai mana (qs :Fushilat.41 :13 ) allah hancurkan kaum ‘ad dan kaum tsamud sebagai bentuk pembangkangan terhadap hukum allah maka kejadian tersebut pasti berulang pada kaum kita sekarang kalau tidak mau kembali kepada al quran sebagai mana yang sudah kita rasakan sekarang yaitu berbagai bencana - bencana antar lain : Bencana kemanusiaan (terjadinya pembunuhan, berbagai penyimpangan sex : homo, lesbian dll), Bencana alam, seperti : Gunung meletus,banjir, gempa bumi (tsunami) yang diterangkan al-quran (qs: Al ankabut 29 :40), dan bencana bibit penyakit seperti : AIDS, Flu Burung, Antrak, wabah demam berdarah dll. Maka dengan gambaran diatas sebagai orang islam yang mengimani kepada al-quran sebagai kitabullah jika kita tidak menyakini hal tersebut maka kita di golongkan allah sebagai manusia kafir.

2. Karena al-quran adalah kebenaran yang kemurniannya selalu terjaga oleh allah (qs. Al hijir : 9), “sesungguhnya kami yang menurunkan peringatan (al-quran) dankami pula yang menjaganya. Berarti kemurnian Al-quran tidak akan mampu untuk dihilangkan atau dipalsukan karena sangat banyak penjaga-penjaga al-quran yang allah turunkan yaitu para hafizh-hafizh al-quran dan orang-orang yang condong untuk aktif mengkaji al-quran dan sunah rasul dengan berbagai kaedah kaedah keilmuannya. walaupun secara nyata sekarang banyak terjadi atau bermunculan aliran -aliran sesat tentang islam maka disinilah kita akan melihat dimana kwalitas ulama-ulama yang sesungguhnya menguasai al-quran dan sunnah rasul atau tidak sehingga tidak mudah untuk mengecap suatu aliran itu sesat atau tidak karena ukuran sesat dan tidak sesat itu adalah al-quran dan sunnah rasul.

3. Karena al-quran mampu menundukkan daya fikir manusia (qs.Al isro’: 9 ), Maksud ayat ini dengan gambaran yang allah berikan berupa berbagai bencana, baik bencana kemanusiaan, bencana alam, bencana bibit penyakit tidak akan mampu di atasi dengan pola fikir manusia untuk memperbaikinya walaupun dengan berbagai kaedah-kaedah ilmiah karena masalah manusia tidak sama dengan makhluk allah manapun yaitu hanya rujuk untuk terpimpin dengan al-quran,maka yang dibutuhkan sekarang adalah siapa yang mampu menjelaskan betapa indahnya al-quran manalaka ia menjadi aturan allah dimuka bumi ini, manusia seperti ini allah jelaskan berdasarkan (qs: Fathir 35 : 28 ) “adapun sebenarnya hamba yang paling takut kepada allah adalah ulama” maka yang bisa untuk memperbaiki keadaan umat dan semesta alam ini adalah ulama yang tegas dan lugas dalam menjelaskan al-quran sebagai solusi final dan mutlak.

4 Karena al-quran ini mengandung berbagai keberkatan - keberkatan (qs.An nisa :105 ), Maksudnya berbagai karunia allah berupa kekayaan alam semesta ini akan dilimpahkan untuk kesejahteraan seluruh umat manusia bila al-quran dan sunnah rasul dijadikan hukum dalam mengatur seluruh segi kehidupan manusia, sebagaimana yang allah janjikan dalam (qs:Al -a’raf. 7 : 96 ), “Dan kalau sekiranya penduduk suatu negeri itu beriman dan bertaqwa niscaya kami akan bukakan pintu keberkatan dari langit dan dari bumi dan akan tetapi mereka mendustakan maka kami cabut (keberkatan negeri ) dengan segala apa yang mereka dustakan. Maksud ayat ini manakala negeri yang kaya raya tidak diatur dengan hukum allah maka kekayaan yang dimilki itu tidak akan dapat dirasakan penduduknya bahkan sebaliknya negeri itu akam mengalami berbagai penderitaan berupa rasa takut dan kelaparan sebagaimana yang allah jelaskan berdasarkan (qs :An nahl.16 :112) yaitu “Allah membuat perumpamaan suatu negeri yang aman tentram datang pada negeri itu rizkinya pada tiap-tiap tempat dinegeri itu (propinsi -propinsinya ) maka penduduk negeri itu mengingkari terhadap nikmat allah maka allah pakaikan pakaian kelaparan dan ketakutan dengan segala apa yang mereka perbuat.

5. Karena menepati sumpah manusia sejak dialam ruh (qs. Al a’raf : 172), Maksudnya kita sudah disumpah untuk menerima al-quran dan sunnah rasul yang akan mengatur diri kita ketika melaksanakan pengabdian didunia nanti dan allah tegaskan berdasarkan alquran (qs: Al-Maidah 5 : 1 ) kita diseru untuk memenuhi janji -janji kita dialam ruh saat kita berumur 120 hari yang janji itu antara lain masalah amanah dunia dan amanah din (agama) yang dijelaskan (qs: Al anfal 8 : 27 ).yaitu menerapkan al-quran dan sunnah rasul sebagai hukum dalam menyelesaikan berbagai problem kemanusian.

Kesemua hal diatas hanya bisa dipahami dengan proses tadabbur (mengkaji) quran dan sunnah yang shahih.Rasulullahpun menengaskan dalam haditsnya yang artinya : “Sesungguhnya yang paling utama diantara kamu adalah orang yang belajar al- quran dan yang mengajarkannya”. (HR.Bukhari dari usman bin affan), dan melalui hadits yang lain beliau menyatakan : ”Jadilah yang mengajar (guru) atau yang belajar atau yang mendengar atau yang mencintai dan jangan menjadi yang kelima, maka celakalah (HR.Baihaqi).

Setelah memahami alasan- alasan mengapa begitu pentingya tadabbur al-quran maka selanjutnya kita harus memahami fungsi al quran itu sendiri bagi diri kita Dalam mengabdi kepada allah, yang liputannya antara lain ada dua, yaitu :

1. Menjauhkan perselisihan (qs.An nisa :82 ) dan perpecahan umat (qs.Al an’am:153)

2. Adanya dinding yang tersembunyi antara kafir dan mu’min (qs. Al isro: 45).

Oleh sebab itu yang harus menjadi perhatian kita pada ayat diatas adalah orang -orang allah tutup hati mereka yaitu orang-orang yang menolak, mengabaikan dan membelakangi quran atau orang-orang yang tidak mau tadabbur quran (qs :25 : 30).